
Jakarta – Kompetisi Perserikatan 1 Indonesia 2024/2025 yang telah bergulir dua pekan di sekarang ini melakukan memasuki masa jeda. Terdapat kesibukan FIFA Matchday selama kurang lebih dua pekan. Implementasi Video Assistant Referee (VAR) pada gelaran dua pekan Perserikatan 1 Indonesia tahun ini menyisihkan kesan istimewa. Implementasi VAR di lapangan terjadi pada tragedi yg sama, yakni bola terkena tangan dalam area kotak penalti, tapi menciptakan keputusan yang berbeda.
Pada pertarungan Persija vs Barito Putera, wasit memakai VAR di menit ke-67 dan menegaskan Chechu Meneses handball, sehingga Barito Putera terkena eksekusi penalti. Adapun pada pertarungan Persebaya Surabaya vs PSS Sleman, wasit memakai VAR di menit ke-63 dan menegaskan Hokky Caraka tidak handball, sehingga PSS Sleman terhindar dari eksekusi penalti.
Meskipun berlainan keputusan, tapi terjadi kesamaan reaksi, yakni semua pemain lebih legowo. Nir ada lagi reaksi berlebihan yang sanggup memancing emosi dari official club bahkan suporter. Termasuk sabung di Derby Jateng antara Persis Solo vs PSIS Semarang, sempat Persis Solo mencetak gol lewat sundulan Ricardo de Lima di menit ke-84 guna menyamakan kedudukan, tetapi setelah dijalankan cek lewat VAR ternyata posisi Ricardo offside sehingga gol dianulir. Anggapan tuan rumah mesti menang pun di sekarang ini sudah tak berlaku lagi.
Apabila dicermati, sepak bola Indonesia memang serius berbenah. Jadwal persaingan nasional pun telah menyesuaikan dengan kesibukan FIFA. Selain itu juga sudah menggunakan VAR selaku fasilitas membantu wasit dalam mengambil keputusan. Penggunaan VAR selaku pertumbuhan ilmu wawasan dan teknologi bukanlah hal gres dalam sepak bola, tetapi buat Indonesia VAR barulah digunakan secara menyeluruh pada gelaran Perserikatan 1 2024/2025.
Pepatah antik menyatakan, lebih baik telat ketimbang tidak sama sekali. Sebagai penggemar Perserikatan Indonesia sejak periode 2000-an, periode di ketika wasit sering menjadi objek penting amuk massa, bahkan dianggap biang kerok jalannya pertarungan yg kurang fair oleh klub dan suporter yg kalah, maka penggunaan VAR memang dikehendaki untuk memperbesar objektivitas dalam pertandingan.
Asas Lex Sprotiva
UU Nomor 11 Tahun 2022 mengenai Keolahragaan menyatakan keolahragaan mesti mampu menghadapi tantangan sesuai dengan permintaan dan dinamika pergeseran tergolong pergeseran strategis di lingkungan internasional. Penjelasan dalam UU tersebut juga menyatakan pembangunan keolahragaan mesti bisa menjamin kenaikan mutu buat menghadapi tantangan sesuai dengan permintaan dan dinamika pergeseran dalam keolahragaan.Hukum keolahragaan baik tingkat nasional dan/atau internasional yakni pengejawantahan dari asas lex sportiva, suatu asas aturan yg diakui, berwenang, dan independen untuk aneka macam perkumpulan olahraga di dunia. Dilansir dari situs resmi Mahkamah Konstitusi, otonomi penduduk olahraga dalam perkembangannya sudah melahirkan kewenangan untuk menertibkan diri sendiri yg dirumuskan dalam bentuk norma, standar, dan mekanisme tersendiri dalam bentuk statuta dan aturan main oleh masing-masing perkumpulan internasional olahraga tersebut, di mana setiap federasi olahraga di tingkat nasional tunduk dan terikat terhadap aturan tersebut. Inilah yang dipahami dengan perumpamaan lex sportiva.
Dalam sepak bola, terdapat entitas yakni The International Football Association Board (IFAB) atau Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional, yg mana FIFA yakni salah sesuatu pembentuknya. Tugas IFAB yakni membentuk aturan permainan dalam sepak bola. Adapun pengaturan VAR diangkut dalam laws of the game 24/25 VAR Protocol halaman 142. Substansi pengaturan termasuk prinsip penggunaan VAR, tragedi dalam pertarungan yg perlu penggunaan VAR, sampai pelibatan perangkat pertarungan terkait praktik penggunaan VAR. Sebagai anggota dari FIFA, maka sepak bola di Indonesia juga mesti mengikuti lex sportiva tersebut.
Proyek Jangka Panjang
Pasca Tragedi Kanjuruhan 2022, FIFA menampilkan tunjangan sarat terhadap pembenahan sepak bola di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan pembukaan Kantor FIFA Cabang Jakarta, yg didirikan Presiden Indonesia bareng Kepala Negara FIFA. Dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Kepala Negara Joko Widodo menegaskan perjanjian pemerintah untuk mendukung dan memfasilitasi FIFA guna memajukan integritas dan mutu sepak bola Indonesia.
Presiden menyampaikan, Indonesia bersiap melakukan pekerjaan sama menyebarkan infrastruktur olahraga yang memadai, melatih, mendidik dan menyebarkan bakat-bakat muda sepak bola Indonesia. Selain itu, Indonesia juga bersiap memfasilitasi pertukaran wawasan dan pengalaman antara Indonesia dengan komunitas sepak bola dunia.
VAR yakni salah sesuatu bukti kesungguhan pengembangan sepak bola nasional. Apabila naturalisasi yakni penyelesaian jangka pendek sepak bola, maka VAR yakni proyek jangka panjangnya. Pengaturan skor yang riskan terjadi juga sanggup diminimalisasi dengan adanya penggunaan VAR. Seperti di dalam suatu persidangan, VAR yakni alat bukti dalam mempengaruhi putusan wasit alias hakim dalam sepak bola.
Pengusutan problem kecurangan atau ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan juga lebih mudah, alasannya yakni rancangan VAR bukan hanya tayangan ulang dari satu segi semata. VAR juga dipertegas dengan teknologi offside semi otomatis atau Semi Automated Offside Technology (SAOT).
Dilansir dari detikSport, SAOT ialah teknologi yang mempergunakan 12 kamera seorang luar biasa buat mengawasi posisi bola dan pemain di dalam lapangan. Teknologi ini bisa mengukur secara tepat posisi lengan dan dua bab badan yang lain yang mampu mempengaruhi keputusan offside/tidaknya seorang pemain. Ketika seorang pemain disangka menemukan bola dalam suasana offside, maka mulai ada perayaan yang terkirim ke wasit VAR. Wasit VAR kemudian mulai menganalisa eksklusif posisi pemain dan garis offside akan dibentuk secara otomatis oleh teknologi SAOT.
Pada akibatnya perlu dikenang bahwa secanggih-canggihnya VAR, tetap SDM-lah yang menjadi penentu kesungguhan penggunaan fasilitas tersebut. VAR menjadi lebih tepat apabila wasit juga mengerti dan menerapkan laws of the game/lex sportiva dengan tegas tanpa pandang bulu. Program PSSI yang juga memakai beberapa wasit absurd berlisensi FIFA pantas diapresiasi. Pertukaran keilmuan dengan wasit yang lebih kompeten mempunyai efek positif, sehingga kinerja wasit Indonesia menjadi lebih baik dari tahun ke tahun.
Herlambang Fadlan Sejati Analis Hukum Ahli Pertama di Kementerian Hukum dan HAM
var di liga 1sepakbola nasionalfifa matchdayliga 1 indonesiaHoegeng Awards 2025Baca dongeng inspiratif calon polisi contoh di siniSelengkapnya