
Jakarta –
Wacana akan diajarkannya saham terhadap siswa SD oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani masih menuai pro dan kontra. Hal ini menjadi sorotan juga di kelompok pakar.
Salah satu pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Holy Ichda Wahyuni menyampaikan pemerintah mesti mengkaji rencana tersebut secara mendalam sebelum menghasilkan keputusan.
“Karena memasukkan bagian gres dalam kurikulum pasti banyak sekali faktor yang menjadi pertimbangan, dan kesiapan yang masak terhadap aneka macam instrumen,” katanya, dikutip dari laman UM Surabaya, Kamis (9/1/2025).
Baca juga: Mendikdasmen: Pembelajaran Saham Sejak SD Bisa Diintegrasikan ke Matematika |
Baca juga: Dukung Libur Sekolah Selama Ramadan, Pakar Unair: Kuatkan Karakter, Kurangi Bullying |
Pengenalan Literasi Keuangan Lebih Penting
Alih-alih mengenalkan saham, Holy lebih sepakat pengenalan dasar literasi keuangan bagi siswa SD. Pengetahuan itu berharga biar anak sanggup mengurus keuangannya lebih bijak.
Selain itu, bahan literasi keuangan akan mengajarkan siswa jujur dan bertanggung jawab soal uang. Meski general, namun menurut Holy literasi keuangan sifatnya lebih ringan bagi siswa SD.
Sementara itu, saham menurutnya lebih cocok diajarkan terhadap siswa SMP. Pasalnya saham tergolong wawasan yang kompleks dan kontekstual.
Holy kalut bahan tersebut akan membebankan. Namun demikian, ia baiklah bahwa bahan saham baik dalam membangun kesiapan anak mengendalikan finansial dalam jangka panjang.
“Jangan hingga alasannya masuknya bahan ini lantas mereduksi nilai esensial dari materi-materi mendasar di tingkatan SD, menyerupai membaca, menulis, berhitung, pemecahan masalah, serta yang tidak kalah penting penguatan moral dan akhlakul karimah,” tegas dosen pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) tersebut.
Jangan Lupakan Materi Edukasi Seksual-Anti Korupsi
Di samping berguru soal keuangan, Holy menyarankan pembelajaran edukasi seksual juga diajarkan terhadap anak SD. Selain itu, pendidikan antikorupsi pun tak kalah penting.
Menurutnya pelajaran-pelajaran tersebut sifatnya lebih urgen. Sayangnya belum disarankan selaku mata pelajaran suplemen di SD.
“Saya sungguh menyayangkan hal tersebut. Sebagai pemerhati anak, di tengah gempuran di saat ini, di mana negara kita sedang darurat kekerasan seksual dan korupsi, dua bahan tersebut seyogyanya lebih diperhitungkan,” pungkasnya.

Video: Nilai Saham Apple Turun USD 1,1 Triliun Sepanjang 2025
Video: Nilai Saham Apple Turun USD 1,1 Triliun Sepanjang 2025
sahamliterasi keuanganpendidikan sdkurikulum pendidikanpengenalan keuanganpendidikan anakedukasi seksualanti korupsipengelolaan uang